halo! nulis artikel ini di penghujung tahun 2023, jadi ceritanya mungkin singkat padat jelas aja ya! hehe.
Pendaftaran SMP-SMA pada zaman itu tidak seperti sekarang yang melalui internet, menginput data melalui sekolah yang dituju kemudian menunggu hasil dan berdoa agar tidak keluar dari kuota yang telah ditentukan. Namun, proses sewaktu itu melalui seleksi berkas, kemudian seleksi tes tulis, lalu tes wawancara. Seperti bekerja ya? haha.
Seleksi berkas pada masa itu dimulai dari rerata rapor terakhir SD (sepertinya dimulai dari kelas 4-6 semester 1) ada batas minimum, lupa berapa, tapi sepertinya minimal 85. Bukan hanya itu, sanking ribetnya dimasa itu, rapor masing-masing semester harus di fotokopi beberapa rangkap (mungkin 3). Kita datang ke sekolah tujuan ke SMPN 6 Makassar.
Datang, mengantri, memperlihatkan ke panitia sekolah berkas-berkas yang diperlukan, apabila tidak memenuhi, kita akan langsung diberitahu ditempat ehe, bisa dibayangkan kan berapa lama waktu itu kita mengantri? Alhamdulillah waktu itu lulus seleksi berkas, lalu panitia memberikan kartu tes yang dibubuhi foto SD 3x4.
Lalu tes tulis. Detailnya sudah lupa tes apa saja dalam tes tulis itu. Tapi tes saat itu sangat ramai oleh semua calon siswa(i), bahkan dalam 1 ruangan sepertinya hampir lebih dari 40 siswa. Kemudian ada tes wawancara, sepertinya ada 2 jenis tes, ditanya umum, lalu tes bahasa Inggris. Tes bahasa Inggris ini sangat krusial karena sekolah bersangkutan adalah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, namun gelar ini dihilangkan saat saya kelas 1 SMP semester 2), sayang nya saya sendiri tidak terlalu maksimal dalam tes ini karena selama bersekolah sebelumnya hanya berlatih menceritakan daily activity mulai dari bangun di pagi hari hingga tidur lagi, ternyata saat tes ditanyakan apa pendapat kita tentang gambar yang diperlihatkan :)
Pengumuman. Kalau pengumuman sekolah saat ini bisa dipantau dan dilihat kapan saja melalui internet, saat itu kami menunggu pengumuman di koran. Jadi 3 angka terakhir nomor tes kita menjadi angka yang dicari-cari. Alhamdulillah, ternyata saya lulus masuk sekolah tersebut.
Rasanya sangat bersyukur dan beruntung bisa bertemu dan berteman dengan teman-teman dari berbagai SD lain, walau pun saya sendiri tidak terlalu pandai bergaul hihihi. Mendapat kesempatan diajar oleh guru-guru yang hebat. Kesempatan yang tidak akan terulang dua kali.
Apakah sekolah disana membuat saya menjadi hebat? Tentu tidak, banyak teman saya jauh lebih cerdas, pintar, dan hebat.
Apakah menemui banyak masalah semasa sekolah? Tentu saja, karena tidak pandai bergaul saya pernah ada tugas kelompok lalu tidak ada yang mau 1 kelompok dengan saya, wkwk, klasik aja. Pernah terlambat. Pernah diusir dari kelas karena tidak menempel kan kertas yang diperintahkan. Pernah tidak mengerti apa yang dibahas oleh guru karena memang konsep sekolah bilingual bahasa Indonesia-bahasa Inggris. Dan permasalahan anak sekolah pada umumnya.
Sekian pengalaman saya yang bisa saya ingat. hihi =D.
Komentar
Posting Komentar